Senin, 23 Januari 2012

Rafflesia Pernah Tumbuh di Kebun Raya Bogor

Upaya Konservasi Ex-Situ Anggota Marga Rafflesia di Kebun Raya Bogor
Oleh : Arhamin Kr

Indonesia merupakan negara megabiodiversity yang mempunyai 10 % tumbuhan berbunga di dunia. Rafflesia merupakan salah satu marga tumbuhan yang cukup unik dimiliki oleh Indonesia. Dari sekitar hampir 30 jenis Rafflesia yang ada di dunia, 15 jenis diantaranya dapat ditemukan di Indonesia. Marga Rafflesia merupakan tumbuhan parasit yang hanya dapat tumbuh pada inangnya yaitu Tetrastigma sp. Mengingat anggota marga Rafflesia mempunyai nilai ilmu pengetahuan bidang botani yang sangat penting dan sebagai warisan hayati dunia, maka melalui Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 tahun 1993 pada tanggal 9 Januari 1992 tentang Satwa dan Bunga Nasional menetapkan Padma Raksasa (Rafflesia arnoldii) sebagai Puspa langka (Damayanti, Zuhud, dan Darnaedi, 2001).

Wiriadinata (2001) menyatakan bahwa antara tahun 1850-an hingga tahun 1929, kebun raya bogor pernah memiliki koleksi anggota marga Rafflesia yang mampu tumbuh dan berkembang serta menghasilkan bunga. Namun, sejak saat itu belum ada lagi informasi mengenai mekarnya bunga Rafflesia di kebun raya bogor, meskipun usaha-usaha penanamannya terus dilakukan karena anggota marga Rafflesia ini merupakan salah satu prioritas penyelamatan jenis di kebun raya.

Menurut Meijer dalam informasi yang dilaporkan oleh Wiriadinata (2001), sekitar tahun 1856 tumbuhan Rafflesia arnoldii ditanam di kebun raya dan mampu menghasilkan bunga pada bulan Februari 1857. Selain itu pada tahun 1872, 1874 dan 1875 juga pernah tercatat tumbuhan ini ditanam di kebun raya bogor. Jenis lainnya adalah Rafflesia patma, yang tercatat ditanam pada tahun 1850 dan berbunga tahun 1853. Hanya saja informasi-informasi yang tercatat di atas tidak terdokumentasi dengan baik, karena catatan-catatan data yang hanya tertulis di buku tulis sudah tidak bisa terbaca dan rusak dimakan usia. Rafflesia rochussenii yang berasal dari Garut Jawa Barat ditanama pada tahun 1924, pada tahun 1929 mampu menghasilkan bunga dan setelah itu dilaporkan mati.

Pada periode tahun 1991-1994 dicoba kembali untuk mengoleksi dan menanam biji jenis Rafflesia arnoldii dari daerah bengkulu dan jambi, kemudian menginfeksikan biji tersebut pada koleksi tumbuhan Tetrastigma spp di kebun raya bogor yang dilakukan oleh Roemantyo, dkk. namun belum berhasil tumbuh menjadi knop. Sedangkan untuk jenis Rafflesia patma dicoba ditanam dengan mengoleksi tanaman inang Tetrastigma lanceolarium yang telah terinfeksi dari kawasan hutan cagar alam leuweng sancang, desa cikolomberan, Garut Jawa Barat pada tahun 1992 dan ditanam di vak XVII. F. 211 pada tahun yang sama oleh Inggit dkk. Namun usaha ini pun belum berhasil mengembangkan knop-knop yang telah tumbuh pada inang tersebut. Pada tahun 2000, Dr. Hari Wiriadinata yang merupakan peneliti dari Herbarium Bogoriense, Balitbang Botani Puslitbang Biologi - LIPI mencoba menanam jenis Rafflesia patma dengan stek tanaman inang yang telah terinfeksi di bagian pembibitan I Kebun Raya Bogor juga belum berhasil. Selain itu, Dr. Lazarus Agus Sukamto dari Laboratorium Treub, Balitbang Botani Puslitbang Biologi - LIPI juga telah berusaha melakukan penelitian perbanyakan anggota marga Rafflesia melalui teknologi kultur jaringan, namun juga belum memberikan hasil yang berarti. Pada tahun 2004 dimulai kembali pengembangan jenis Rafflesia patma di kebun raya bogor. Tetrastigma sp. (anggur-angguran) sebagai inangnya diambil dari kawasan Pangandaran Jawa Barat. Akhirnya pada tahun 2010 tumbuhan ini pun mekar. 

Kegagalan-kegagalan upaya konservasi secara Ex situ yang dilakukan terhadap anggota marga Rafflesia ini mengindikasikan bahwa betapa sulitnya untuk menerapkan metode konservasi ex situ pada tumbuhan langka jenis ini, walaupun memang tidak menutup kemungkinan ke depan akan ditemukan teknik pembudidayaannya.  Banyak faktor yang menyebabkan kegagalan ini seperti kondisi ekologis dari habitatnya yang sulit disamakan di areal ex situ, memerlukan teknik perawatan yang khusus, selain itu tumbuhan ini juga memiliki sensitifitas yang cukup tinggi. Oleh karena itu, jalan terbaik yang harus dilakukan saat ini adalah mendukung dan mensukseskan upaya konservasi In situnya. Walaupun banyak tantangan dan ancaman, tapi untuk melindungi tumbuhan langka dan warisan dunia ini maka hal ini pun harus dihadapi, selain perannya sebagai indikator penyeimbang ekosistem.

SALAM LESTARI 


PUSTAKA ACUAN:

Damayanti, E. K.,E. A. M. Zuhud, D. Darnaedi. 2001. Bahan Press Release dalam Seminar Nasional Puspa Langka Indonesia Konservasi Rafflesia Indonesia beserta Habitatnya, Indikator Kelestarian Ekosistem Hutan dan Keanekaragaman Hayati.


Wiriadinata, H. 2001. Rafflesia spp. dalam Tumbuhan Langka Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi - LIPI, Balau Penelitian Botani Herbarium Bogoriense, Bogor, Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar