Jumat, 13 Januari 2012

Mengenang Masa Itu dengan Sajak Terdahulu

Jarum jam menunjukkan pukul 2 malam ketika mataku melirik arloji hitam di pergelangan tanganku...jemariku pun masih berkutat dengan huruf-huruf di keyboard laptop yang mulai nanar di mataku... Tanpa sengaja aku menemukan sajak lama dahulu yang begitu aku sukai... Membacanya kembali ahh.... mengingatkanku pada masa-masa itu... Masa di kala aku seakan tak memiliki rasa takut sedikit pun... Inilah sajak itu...

Dari Ibu Seorang Demonstran

"Ibu telah merelakan kalian
Untuk berangkat demonstrasi
Karena kalian pergi menyempurnakan
Kemerdekaan negeri ini"

Ya, ibu tahu, mereka tidak menggunakan gada
Atau gas airmata
Tapi langsung peluru tajam
Tapi itulah yang dihadapi
Ayah kalian almarhum
Delapan belas tahun yang lalu

Pergilah pergi, setiap pagi
Setelah dahi dan pipi kalian
Ibu ciumi
Mungkin ini pelukan penghabisan
(Ibu itu menyeka sudut matanya)

Tapi ingatlah, sekali lagi
Jika logam itu memang memuat nama kalian
(Ibu itu tersedu sedan)

Ibu relakan
Tapi jangan di saat terakhir
Kau teriakkan kebencian
Atau dendam kesumat
Pada seseorang
Walapun betapa zalimnya
Orang itu

Niatkanlah menegakkan kalimah Allah
Di atas bumi kita ini
Sebelum kalian melangkah setiap pagi
Sunyi dari dendam dan kebencian
Kemudian lafazkan kesaksian pada Tuhan
Serta rasul kita yang tercinta

pergilah pergi
Iwan, Ida dan Hadi
Pergilah pergi
Pagi ini

(Mereka telah berpamitan dengan ibu dicinta
Beberapa saat tangannya meraba rambut mereka
Dan berangkatlah mereka bertiga
Tanpa menoleh lagi, tanpa kata-kata)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar