Setiap
kegagalan bermakna agar kita melakukan pendekatan dengan cara yang baru. Jangan
mengukur seseorang dari berapa kali ia mengalami jatuh ataupun gagal. Namun
lihatlah sejauh mana ia mampu bangkit kembali. Begitulah kebersahajaannya
dimulai. Apakah ia memilih untuk tetap terpuruk. Duduk. Termenung. Menangisi
perih. Mengutuk kegelapan. Ataukah ia memilih jalur sebaliknya? Maka subhanallah,
itulah manusia. Diberi kemampuan oleh Allah untuk bertahan dan memaknai
kehidupan. Di sinilah peran ketabahan mutlak diperlukan. Butuh batu loncatan
untuk memperbaharui kinerja dalam diri yang selanjutnya. Karena sejarah tidak
pernah mengabadikan foto perjalanan tanpa kisah rintangan di dalamnya.
Namun aku meyakini suatu kebenaran, bahwa ada suatu lonjakan dalam
skenario perjalanan Tuhan. Suatu ketika seorang mahasiswa muslim tengah
bercerita. Bahwa ketika Allah memberikannya nilai D yang artinya tidak lulus maka
Allah sedang mengujinya karena ia dianggap mampu menghadapi ujian itu. Pun
ketika Allah menjadikan satu dari sekian banyak mata kuliahnya bernilai E dan
lantaran itu ia menjadi harus memperpanjang masa kuliah satu tahun lagi, maka
ia tancapkan dalam hati bahwa itu semata-mata bukan karena kesibukannya dalam
hal lain termasuk dakwah, tapi hanya karena Allah ingin mengujinya dan dianggap
ia mampu menyelesaikannya. Memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik dalam
proses pencapaian itu.
Sahabatku,
memang tidak semua yang kita inginkan bisa tercapai. Namun bukan menjadi alasan
untuk menyerah pada impian yang telah kau canangkan 3 cm di luar kepala. Mimpi
ada untuk dikejar, segala bahagia hanya diri yang menentukan. Bersabarlah kamu
dan raih buah keikhlasan dari mutiara peluhmu. Kembali pada posisi hatimu yang
mencintai. Cinta terhadap perjuangan di jalanNya. Cinta pada cinta itu sendiri.
Karena sesungguhnya kata cinta bukan untuk sebuah luka. Tetapi apresiasi dari
kebahagiaan. Oleh karena seperti itulah kehidupan. Sebagian dengan terangnya,
dan sebagian dengan gelapnya. Tak perlu kau adukan lagi. Karena matahari telah
adil menyinari bumi.
“Sesungguhnya Allah menjadikan rahmat (kasih sayang) seratus bagian, maka
dipeganglah di sisi-Nya sembilan puluh sembilan bagian dan diturunkannya satu
bagian untuk seluruh makhluk-Nya, sekiranya orang-orang kafir mengetahui setiap
rahmat (kasih sayang) yang ada di sisi Allah, niscaya mereka tidak akan
berputus asa untuk memperoleh surga, dan sekiranya orang-orang mukmin
mengetahui setiap siksa yang ada di sisi Allah, maka ia tidak akan merasa aman
dari neraka” (HR Bukhari).
Teruslah memperbaiki
diri, sungguh kasih sayang Allah jauh lebih besar dari murkaNya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar