Selasa, 08 Mei 2012

Kita Butuh Perubahan Itu


           Lucunya kehidupan kadang tak bisa melukiskan bagaimana harusnya seseorang memaknai arti perubahan. Perubahan untuk berubah. Untuk yang menang ia akan menjadi lebih baik. Pun juga untuk yang kalah. Mengalami kekalahan akan menguatkan hati dan memperbaiki manajemen dirinya. Tidak perlu berkoar pada sebuah kemenangan. Karena pada dasarnya semua manusia diberikan potensi untuk berhasil, tergantung bagaimana ia memanfaatkannya. Cobalah berfikir pada tarikan nafas yang pertama. Fokus pada perjuangan, fokus pada keberadaannya di dalam kontribusi itu. Jika seseorang yang pertama gugur maka ia mampu menggantikan. Begitu juga saat orang kedua dan ketiga mengambil gilirannya. Ia berbicara tentang islam. Ia berjuang untuk tegaknya islam. Ia melakukan perbaikan kehidupan serta mengajak manusia kepada islam yang sebenarnya. Ia melakukan hal-hal yang tidak biasa dari apa yang biasa dilakukan oleh orang kebanyakan. Itulah perjuangan, perjuangan untuk meraih perubahan yang dijanjikan. Semangat perubahan untuk mencapai kebahagiaan demi orang lain dan untuk orang lain. Oleh karena itu kobarkanlah bara api yang hampir padam. Sulut kembali dengan jiwa yang membutuhkan. Bersemangatlah. Berlombalah. Sekarang atau tidak sama sekali. 

Berikut sedikit testimoni beberapa saat silam, saya rewrite kembali.. 


"Mencari Pahlawan Perubahan"
Kalau saja tidak ada perubahan, terasa ada yang kurang indah dalam kehidupan ini. 
Hanya saja permasalahannya adalah apakah perubahan itu berdampak baik bagi lingkungannya ataukah sebaliknya? Sehingga ada satu hal yang bisa kita garis bawahi, baik buruknya sebuah perubahan ada di tangan motor penggeraknya.
Bangsa Amerika pernah mengalami depresi ekonomi terbesar dalam sejarah dari tahun 1929 hingga 1937. selang lima tahun setelah itu, tepatnya tahun 1942 mereka memasuki perang dunia kedua dan mereka menang. Selama masa itu, mereka dipimpin oleh seorang pemimpin yang lumpuh, dan satu-satunya presiden yang terpilih sebanyak empat kali, FD Roosevelt. Tapi krisis itu telah membesarkan Amerika, selama masa depresi mereka menemukan teori-teori makroekonomi yang sekarang kita pelajari dan menjadi pegangan perekonomian jagat raya. Mereka memenangkan PD II dan berkuasa penuh di muka bumi hingga saat ini.
Itulah yang terjadi ketika krisis dikelola oleh tangan-tangan dingin para pahlawan perubahan. Mereka mengubah tantangan menjadi peluang, kelemahan menjadi kekuatan, kecemasan menjadi harapan, ketakutan menjadi keberanian, dan kesusahan menjadi berkah.
Lorong kecil yang menyalurkan udara pada ruang kehidupan sebuah bangsa yang tertutup oleh kesusahan adalah harapan. Inilah kehidupan ketika tak ada lagi kehidupan. Inilah benteng terakhir bangsa itu. Tapi benteng itu dibangun dan diciptakan oleh para pahlawan perubahan. 
Mungkin mereka tidak membawa janji pasti tentang jalan keluar yang instant dan menyelesaikan masalah. Tapi mereka membangun inti kehidupan, mereka membangunkan dara hidup dan kekuatan yang tertidur di sana, di atas alas ketakutan dan ketidakberdayaan. 
Itulah yang dilakukan Roosevelt, hanya membutuhkan satu hal yaitu motivasi perubahan, perubahan yang berdampak baik bagi lingkungannya. Sebab, bangsa itu sendiri sebenarnya mengetahui jalan keluarnya.
Sebuah kehidupan yang terhormat dan berwibawa yang dilandasi keadilan dan dipenuhi kemakmuran masih mungkin dibangun di negeri ini. Untaian zamrud khatulistiwa ini masih mungkin dirajut menjadi kalung sejarah yang memesona karena keindahannya.
Masih mungkin, dengan satu hal yaitu para pahlawan, pahlawan perubahan. Tapi jangan menanti kedatangannya atau menggodanya untuk hadir ke sini. Mereka tidak akan pernah datang, mereka bahkan sudah ada di sini. Mereka lahir dan besar di negeri ini, mereka adalah aku, kau, dan kita semua. Mereka bukan orang lain. Mereka hanya belum memulai, mereka hanya perlu berjanji untuk merebut takdir kepahlawanan mereka. 
Dan dunia akan menyaksikan gugusan pulau-pulau ini menjelma menjadi untaian kalung zamrud kembali yang menghiasi indah leher sejarah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar