Hanya tirai - tirai putih nan usang itu yang menjadi saksi
di balik meja yang sedikit berdebu, dan terkadang mengusap lipatan baju...
roda kursi yang berputar dengan suara jeritannya...
sendok dan garpu yang menari di atas piring putih...
seirama membentuk harmoni...
Wajah yang seperti tersenyum, tapi sesungguhnya kecut
iya...itulah dalangnya, lengkap dengan pemain musik dan sindennya...
teriakkan inilah kebenaran...
tapi sedikit-sedikit menebar benih kejahatan di balik selimutnya..
semuanya sibuk dengan egonya...
sibuk dengan mimpi tak tentunya
tak ada sapa...
tak ada suara...
iya...hanya suara - suara yang tak memiliki bahasa
bersuara menemani keramaian semu ini...
sandiwara di atas panggung...
panggung yang bertabir semu...
ini wajah siapa?
ini cerita siapa?
dan ini cerita apa?
maka pantas...
keramaian ini semu
*Wolter monginsidi Jakarta
di balik meja yang sedikit berdebu, dan terkadang mengusap lipatan baju...
roda kursi yang berputar dengan suara jeritannya...
sendok dan garpu yang menari di atas piring putih...
seirama membentuk harmoni...
Wajah yang seperti tersenyum, tapi sesungguhnya kecut
iya...itulah dalangnya, lengkap dengan pemain musik dan sindennya...
teriakkan inilah kebenaran...
tapi sedikit-sedikit menebar benih kejahatan di balik selimutnya..
semuanya sibuk dengan egonya...
sibuk dengan mimpi tak tentunya
tak ada sapa...
tak ada suara...
iya...hanya suara - suara yang tak memiliki bahasa
bersuara menemani keramaian semu ini...
sandiwara di atas panggung...
panggung yang bertabir semu...
ini wajah siapa?
ini cerita siapa?
dan ini cerita apa?
maka pantas...
keramaian ini semu
*Wolter monginsidi Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar